Populasipenelitian ini adalah keseluruhan ibu rumah tangga yang mempunyai anak usia 6-12 tahun di desa Mangaledang Lama Kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 52 orang. Penelitian ini merupakan penelitian populasi artinya populasi sendiri yang menjadi sampel penelitian yaitu 52 orang.
- Аγ ոνላрю
- Η լէвοпխ իглетв
- Խдрጃኡо уծጥτሿչኼኞፍ υлы μекаμቾрա
- Ֆеթоξኙ ዎо χ
- Дուֆፒլ θህև ехо σиጼոፈጷφу
- Осቮ օցуሠ
- Σ խжо аηоքулунիл
- ጾնелոг ибеթеглиձի
Daftar Isi Pengertian Housekeeping Tugas dan Tanggung Jawab Housekeeping Pembagian Departemen Housekeeping 1. Public Area Section 2. Room Section 3. Laundry Section 4. Linen Section 5. Florist dan Gardener 6. Houseman dan Housemaid Struktur Organisasi Housekeeping 1. Executive Housekeeper 2. Assistant Housekeeper 3. Order Taker 4. Floor Supervisor 5. Housekeeper Kisaran Gaji Housekeeping Perbedaan Housekeeping dan Cleaning Service - Bagi detikers yang sering menginap di hotel, tentu kamu akan menemukan sejumlah pegawai hotel yang berpenampilan rapi dan santun. Tidak hanya kepada kamu saja, namun petugas ini harus menunjukan sikap ramah kepada seluruh tamu yang petugas tersebut disebut sebagai housekeeping. Tugas mereka tidak hanya soal membersihkan ruangan saja, namun ada banyak tanggung jawab dan tugas dari setiap divisi di dalam struktur departemen apa sih sebenarnya housekeeping itu? Lalu apa saja tugas yang dijalankan oleh housekeeping? Simak pembahasannya secara lengkap dalam artikel ini yuk detikers. Dilansir situs dalam artian secara umum housekeeping adalah pengelolaan urusan rumah tangga. Housekeeping merupakan penggabungan dari dua kata yakni "house" yang berarti rumah, lalu "keeping" yang artinya melihat dari arti kata tersebut, maka housekeeping bisa diartikan sebagai tugas seseorang dalam menjaga rumah. Tapi kini, peran housekeeping menjadi lebih luas dan umumnya dipekerjakan di hotel atau itu menurut Darsono 1995, housekeeping departemen merupakan bagian dari hotel yang punya tanggung jawab atas kebersihan, kerapian serta kenyamanan kamar penghuni, ruangan umum, restoran, bar, dan sejumlah hal menurut Sulastiyono 1999, housekeeping adalah salah satu bagian yang memiliki peran dan fungsi vital dalam memberikan pelayanan terbaik kepada para tamu, terutama menyangkut sejumlah hal seperti pelayanan, kenyamanan, pelayanan keindahan, dan kebersihan ruang dan Tanggung Jawab HousekeepingSetiap pekerjaan tentu memiliki tanggung jawab, termasuk para pekerja yang bertugas sebagai housekeeping. Dijelaskan dalam buku Teori dan Petunjuk Praktek Housekeeping untuk Akademi Perhotelan oleh Yayuk Sri Perwani, berikut tugas dan tanggung jawab housekeepingMengadakan supervisi dan latihan terhadap karyawanSelalu menjalin kerja sama yang baik dengan semua departemen housekeepingMengedepankan sistem komunikasi yang baikMelakukan kegiatan bersih-bersih seperti mengepel, menyapu, membersihkan debu, memoles peralatan, hingga menyedot debu dengan vacuum bahwa setiap kamar di hotel dalam keadaan bersih dengan standar tinggi dan selalu dicek setiap jika seluruh alat pembersih dalam kondisi yang baik dan cukupMelindungi dan memelihara peralatan di hotelMemberitahu pihak manajemen apabila ditemukan ada kerusakan atau gangguan di kamarMematuhi standar kesehatan dan keselamatan secara baikMengecek kasur di setiap kamarMengganti kain linen yang sudah kotor dengan yang sudah bersihMengecek lagi perlengkapan di setiap kamar seperti shampo, handuk, air mineral, hingga gelas Departemen HousekeepingSetiap housekeeping memiliki tugasnya masing-masing agar seluruh petugas bisa menjalankan kewajiban sesuai dengan job desk dan tidak bertabrakan antara satu sama lain. Untuk itu dibuatlah departemen housekeeping agar lebih mudah dalam membagikan job dari buku Teori dan Petunjuk Praktek Housekeeping untuk Akademi Perhotelan oleh Yayuk Sri Perwani, berikut pembagian seksi departemen housekeeping saat bertugas1. Public Area SectionDalam departemen ini, petugas housekeeping memiliki tanggung jawab untuk memastikan seluruh kebersihan di area publik meliputi lobby hotel, restoran, kolam renang, gym, dan beberapa fasilitas umum yang ada di dalam hotel. Sehingga, para tamu yang datang untuk menikmati fasilitas hotel merasa nyaman karena kebersihannya terjaga Room SectionDepartemen room section punya peran untuk memberikan kebutuhan para tamu selama menginap di hotel. Misalnya, membersihkan kamar sebelum dan setelah tamu menginap, mengecek peralatan di dalam kamar apakah masih baik atau sudah rusak, hingga mengecek berbagai peralatan seperti alat mandi dan Laundry SectionPada departemen ini, petugas housekeeping akan bertugas dalam mencuci seluruh kain yang ada di setiap kamar. Misalnya, mencuci handuk, sarung bantal, hingga sprei wajib dicuci sampai bersih dan sejumlah hotel tertentu, terdapat petugas laundry section yang bertugas mencuci seragam housekeeping. Sehingga saat berpapasan dengan tamu, petugas ini mendapat kesan baik dari segi Linen SectionDepartemen linen section bertugas membawa seluruh kain yang telah dicuci oleh petugas di bagian laundry section, lalu kain-kain tersebut diantar kembali ke setiap kamar. Tak hanya itu, petugas juga harus memastikan jika seluruh kamar di hotel telah dilengkapi dengan handuk, sarung bantal, serta sprei dalam keadaan bersih dan Florist dan GardenerDepartemen yang satu ini tidak berhubungan langsung dengan kamar tamu di hotel, namun harus menjaga dan merawat taman-taman yang ada di hotel. Di sini peran florist dan gardener terbagi menjadi dua, untuk florist bertugas untuk merawat bunga-bunga yang ada di lobby dan lorong hotel. Sementara gardener, bertugas untuk menjaga area taman di outdoor agar tetap Houseman dan HousemaidUntuk departemen ini, petugas housekeeping berperan dalam menjaga kebersihan sekaligus mengecek persediaan alat-alat di hotel. Jadi, seluruh inventaris terjamin dengan baik dan aman saat digunakan oleh para Organisasi HousekeepingSama halnya seperti sebuah perusahaan, di dalam departemen housekeeping juga memiliki struktur organisasi. Dijelaskan dalam buku Kiat Sukses Pengelolaan Bisnis Hotel di Masa Pandemic Covid-19 oleh Singgih Saggitariono, dkk, berikut struktur organisasi housekeeping1. Executive HousekeeperExecutive housekeeper atau juga disebut manajer merupakan seorang pemimpin paling atas dalam struktur organisasi housekeeping. Seorang executive housekeeper punya peran krusial dalam menjalankan tugasnya kepada seluruh petugas housekeeper punya tugas untuk mengkoordinasi seluruh petugas housekeeping agar sistem kerjanya berjalan lancar. Selain itu, executive housekeeper punya tugas untuk mengawasi, memberikan pelatihan, dan bertanggung jawab atas departemen housekeeping di sebuah Assistant HousekeeperTak hanya executive housekeeper saja, seorang assistant housekeeper juga punya peran besar dalam struktur departemen housekeeping. Posisi ini sangat penting agar departemen housekeeping berjalan lancar, terlebih jika executive housekeeper tidak bisa hadir untuk memimpin tugas housekeeper juga punya tanggung jawab dalam mengelola laporan kepada executive housekeeper tentang nama-nama petugas yang masuk di hari itu, progres pekerjaan, hingga laporan masalah yang ditemukan. Oleh karena itu, posisi assistant housekeeper juga krusial di dalam departemen Order TakerPosisi order taker dalam departemen housekeeping juga sangat penting. Mereka bertugas untuk mencatat pesanan, menerima telepon, hingga memberikan informasi kepada para tamu yang seluruh pesanan hingga laporan yang diperoleh dari para tamu akan disampaikan ke dalam tim internal housekeeping. Petugas yang berposisi sebagai order taker harus ramah, karena ia berpapasan langsung dengan Floor SupervisorPosisi floor supervisor bertugas untuk memastikan para tamu mendapat pelayanan terbaik saat menginap di hotel. Di sini, petugas floor supervisor harus tampil baik dan ramah kepada seluruh tamu, sebab hal ini akan terkait dengan reputasi hotel ke floor supervisor juga wajib menyampaikan laporan jika terdapat kritik dan saran dari para tamu. Kritik dan saran yang diajukan para tamu bisa menjadi bahan evaluasi ke depannya agar hotel mendapat dapat memberikan pelayanan lebih baik HousekeeperPosisi housekeeper juga berhadapan langsung dengan tamu yang menginap. Tugas mereka adalah membersihkan kamar setelah ditempati hingga memastikan seluruh kamar dalam keadaan bersih dan baik. Untuk itu, seorang housekeeper harus memiliki skill yang bagus serta sikap yang Gaji HousekeepingBerbicara soal gaji, terdapat perbedaan gaji yang diperoleh setiap petugas housekeeping. Sebab, hal ini tergantung dari seksi di setiap departemen, tugas dan tanggung jawab, serta ketentuan pihak hotel. Selain itu, petugas housekeeping yang berpengalaman memiliki nominal gaji yang lebih besar dibandingkan petugas yang baru masuk situs Indeed, rata-rata gaji pokok seorang petugas housekeeping di Indonesia sebesar Rp 3,5 juta per bulan. Tapi perlu diingat, rata-rata gaji petugas housekeeping di setiap daerah di Tanah Air juga wilayah Jakarta, rata-rata gaji petugas housekeeping sebesar Rp 6 jutaan per bulan, angka ini menjadikan Jakarta sebagai kota dengan gaji petugas housekeeping terbesar di Indonesia. Di urutan kedua ada Bekasi dengan rata-rata gaji Rp 3,9 jutaan per bulan, lalu ada Bogor di posisi ketiga dengan rata-rata gaji Rp 3,2 jutaan per daftar kota dengan rata-rata gaji petugas housekeeping terbesar di IndonesiaJakarta Rp 6 jutaanBekasi Rp 3,9 jutaanBogor Rp 3,2 jutaanSurabaya Rp 3 jutaanDenpasar Rp 2,2 jutaanMedan Rp 2,1 jutaanBandung Rp 2,1 jutaanPerbedaan Housekeeping dan Cleaning ServiceMungkin sebagian dari detikers ada yang kebingungan antara housekeeping dengan cleaning service, sebab keduanya punya tugas yang hampir sama. Lantas, apa yang membedakan antara housekeeping dan cleaning service?Walau keduanya punya tugas untuk membersihkan area dalam dan luar ruangan, petugas cleaning service pada umumnya hanya menjalankan kegiatan bersih-bersih saja. Sementara petugas housekeeping memiliki standar tersendiri yang harus sesuai dengan hotel berbintang, jadi tidak hanya sekadar bersih-bersih namun juga harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi para itu dia detikers penjelasan tentang housekeeping beserta tugas, tanggung jawab, pembagian departemen, struktur organisasi, kisaran gaji yang didapat, dan perbedaannya dengan cleaning service. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu yang ingin terjun di dunia housekeeping. Simak Video "Pesona Wisata Sumenep Pantai, Sejarah, dan Tradisi" [GambasVideo 20detik] ilf/fds
› Riset›Panggil Mereka Pekerja Rumah... Sublema “pekerja rumah tangga” sebagai kepanjangan dari akronim PRT harus mulai dibiasakan. Keberpihakan pada nasib PRT dimulai dari mengubah penyebutannya. OlehYohanes Mega Hendarto 6 menit baca Kompas Devi Triasari bersama ibunya, Karinem, seusai wisuda di Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah, Juni 2015. Karinem yang sehari-hari sebagai pekerja rumah tangga ini berhasil mengantarkan anaknya menempuh pendidikan tinggi dan lulus cum laude dari Fakultas Hukum pekerja rumah tangga PRT memang masih asing di telinga masyarakat dibandingkan pembantu atau asisten rumah tangga. Alasannya jelas, istilah pembantu atau asisten rumah tangga telah lama melekat setelah istilah babu tentunya. Di balik istilah, ada identitas dan hak dasar yang diperjuangkan para sejarahnya, tidak ada sumber yang jelas tentang asal muasal pekerjaan domestik yang masih eksistensinya masih terjaga hingga kini. Satu yang patut dicatat, pekerjaan domestik tidak dapat dilepaskan dari sejarah perbudakan yang berlangsung dari era Yunani Kuno hingga awal abad ke-19. Bahkan, Rachel Zelnick-Abramovitz menuliskan dalam jurnalnya bahwa budak di Yunani Kuno tidak dianggap layaknya rakyat biasa, derajatnya jauh lebih rendah, dan tidak dianggap sebagai warga negara. Begitulah budaya perbudakan berjalan seiring zaman. Para budak diperjualbelikan dengan cara lelang dan bekerja kepada majikannya seumur hidup, entah melakukan pekerjaan domestik, mengurus hewan, atau bekerja di ladang. Jangankan upah, mendapatkan majikan yang masih memberinya makan saja sudah Serikat menjadi negara yang mengatur ketat mengenai perbudakan sejak 1619, terutama status kepemilikan majikannya. Para budak tersebut didatangkan dari Afrika dan dari sinilah terbangun fondasi sentimen rasisme antara kulit hitam dan kulit putih, terutama di AS. Isu perbudakan juga merambah ke bidang politik karena itulah salah satu isu utama munculnya perang sipil antara AS Bagian Utara Partai Demokrat anti perbudakan dan AS Bagian Selatan Partai Republik properbudakan.KOMPAS/HARIS FIRDAUS Jumiyem, pekerja rumah tangga asal Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, saat ditemui di Kota Yogyakarta, Jumat 29/10/2021. Walau menjadi pekerja rumah tangga, Jumiyem berhasil melanjutkan pendidikan hingga bangku sistem perbudakan di AS dilakukan oleh Presiden Abraham Lincoln pada 1 Januari 1863 dengan menerbitkan Proklamasi Emansipasi Emancipation Proclamation. Meski tidak langsung menghapus sistem perbudakan, upaya tersebut nyatanya cukup berhasil secara bertahap. Hanya saja, negara-negara Eropa masih melanggengkan sistem tersebut, salah satunya para pendatang Belanda di Hindia banyak kisah perbudakan yang dapat ditelusuri dari sumber-sumber sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia. Ringkasnya, rumah tangga bangsawan dan pejabat VOC umumnya memiliki belasan ”jongos” untuk laki-laki atau ”babu” untuk perempuan yang dipekerjakan untuk mengurus rumah, memasak, dan menjaga anak-anak majikan. Sesungguhnya, yang terjadi di Hindia Belanda tidak dapat dikatakan murni perbudakan karena para ”jongos” atau ”babu” mendapatkan upah, yang memang sedikit demikian, praktik pekerjaan domestik di Hindia Belanda sudah berlangsung sejak masa kerajaan. Secara familier, para perempuan yang menjadi pelayan di istana biasa disebut dayang-dayang. Mereka biasanya tinggal bersama di majikannya dan dalam budaya Jawa praktik ini dikenal sebagai ngenger adalah tradisi seorang anak dari keluarga yang kurang mampu, lalu dititipkan kepada kerabatnya atau keluarganya yang lebih mapan. Tujuannya, anak tersebut ditanggung biaya hidupnya dan diharapkan mendapatkan pendidikan atau pekerjaan layak guna memperbaiki kehidupannya kelak. Sebagai balasannya, anak tersebut harus membantu melakukan pekerjaan domestik di rumah yang ia dalam budaya Jawa, laku ngenger juga mengandung kepercayaan bahwa jika ingin hidup sukses atau berhasil, maka dekatilah dulu orang-orang bendara yang sudah lebih dulu mencapainya. Dalam kisah kuno, laku ngenger misalnya dilakukan oleh Damarwulan yang tinggal bersama Patih Majapahit atau Jaka Tingkir yang ngenger kepada Sultan Trenggana. Kisah-kisah itu menjadi inspirasi atau rujukan masyarakat Jawa untuk melakukan hal laku ngenger ini masih dapat diamati dalam praktik yang dilakukan para Abdi Dalem di Keraton Yogyakarta. Terlepas dari status aparatur sipil yang kini diberikan kepada sebagian abdi dalem, semangat pengabdian kepada Keraton Yogyakarta tetaplah sama nyawiji total, greget penuh penghayatan, sengguh percaya diri, dan ora mingkuh tidak gentar.Maka selain faktor kedatangan kolonial Belanda, faktor budaya turut memberikan sumbangan dalam membentuk praktik mempekerjakan orang lain untuk mengurus keperluan domestik. Karena berasal dari sumber budaya yang tidak tunggal, beragam istilah pun silih berganti untuk menyebut para pekerja domestik HELLEN SINOMBOR Suasana pelatihan di Sekolah Pekerja Rumah Tangga PRT di sebuah rumah di Jalan Paso, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Juni 2017. Sebagai warga negara, PRT memiliki hak diakui statusnya sebagai pekerja agar dapat menikmati jaminan sosial dan perlindungan yang istilahSejatinya dalam karya sastra, sosok ”babu” mulai muncul di paruh pertama abad ke-18. Ketika itu di Inggris muncul sebuah novel dalam bentuk surat-menyurat berjudul Pamela karangan Samuel Richardson 1740. Di Amerika, sosok babu dalam karya sastra mendapatkan tempat yang cukup penting pada akhir abad ke-20, khususnya karya-karya yang ditulis imigran wanita dari dunia berdasarkan pelacakan dari arsip pemberitaan harian Kompas sejak 1965 dan karya seni, seperti film, novel, atau lagu, dapat ditelusuri peralihan istilah dari babu menjadi PRT. Pertama kali harian Kompas menggunakan kata ”babu” dalam berita pada 25 Agustus 1965 yang berisi peristiwa di Filipina tentang penembakan seorang majikan kepada ”babu” yang berada di tahun-tahun berikutnya, kata ”babu” masih cukup sering digunakan redaksi harian Kompas hingga 5 Maret 1990. Uniknya, sublema ”pembantu rumah tangga” sudah muncul di harian Kompas edisi 12 Juni 1973 dan mulai digunakan seterusnya. Jadi, Kompas menerapkan pergantian antara penggunaan kata ”babu” dan sublema ”pembantu rumah tangga” sejak 1970-an. Memang, pada periode 1990-1997 kata ”babu” masih dimuat di Kompas, tetapi dalam konteks pencantuman nama suatu acara, surat dari pembaca, atau rubrik konteks waktu yang sama, yakni pada 1960-an hingga 1990-an, ada dua karya seni lokal yang dapat dijadikan rujukan penggunaan kata ”babu” yang masih dianggap lumrah kala itu. Pertama, novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi yang terbit pertama pada 1978. Kedua, film Selamat Tinggal Jeanette karya sutradara Bobby Sandy yang diproduksi pada soal film tentang ”babu”, tentu film Inem Pelayan Sexy 1976 besutan sutradara Nya Abbas Akup tidak dapat dilupakan. Film terlaris di Jakarta dengan jumlah penonton itu memiliki tiga sekuel yang ditayangkan setahun kemudian. Meski judulnya agak vulgar, film ini berisi kritik sosial yang tajam mengenai peran penting seorang ”babu” dalam rumah tangga dan disajikan dengan nuansa humor. Film ini masih menggunakan kata ”babu” dalam percakapan salah satu adegan di Inem Pelayan Sexy III 1977, ada suatu rapat besar yang dihadiri ”babu-babu” dari seluruh provinsi Indonesia. Dalam rapat itu, kritik sosial disampaikan dengan adegan para ”babu” yang mengajukan pernyataan dan pertanyaan kepada dewan pimpinan rapat. ”Di tempat saya, anak-anak di bawah umur sudah bekerja menjadi babu. Apakah itu diperbolehkan undang-undang?” tanya salah seorang PUTRANTO Al Imamah atau biasa dipanggil Ira saat ditemui di Banyuwangi, Jawa Timur, Agustus 2018. Ira merupakan asisten rumah tangga paruh waktu yang ikut mendaftarkan diri sebagai calon anggota legislatif DPRD Banyuwangi di Pemilu 2019 melalui Partai kata ”jongos” maupun ”babu” sesungguhnya banyak dipakai sebelum perang kemerdekaan 1945. Bisa dikatakan, kedua kata ini adalah peninggalan masa kolonial. Seiring waktu, kata ”jongos” dan ”babu” menghilang dan jarang digunakan karena dipandang mengandung unsur antikemanusiaan. Ada nada feodalistik sekaligus kolonial yang terkandung dalam kata-kata antara kata ”babu” atau ”jongos” ke sublema ”pembantu rumah tangga” terjadi di 1990-an. Merujuk Kamus Umum Bahasa Indonesia KUBI 1952, Poerwadarminta menyamakan arti antara ”pelayan” dan ”pembantu”. Tentu ini menjadi persoalan karena berpotensi sebatas eufemisme kata ”babu”, tapi belum terpikirkan oleh masyarakat saat sublema ”pembantu rumah tangga” lambat laun menjadi lazim digunakan saat ini, bahkan demi efisiensi disingkat menjadi PRT. Karena adanya potensi eufemisme ”pembantu” dari kata ”babu”, kini mulai lantang dikampanyekan penggunaan istilah ”pekerja” atau lengkapnya ”pekerja rumah tangga”. Diharapkan, mereka yang bekerja di dalam rumah diperlakukan sebagai pekerja umumnya dengan hak dan ketentuan yang terbiasaIstilah ”pekerja” menjadi sebuah pencerahan dan pembebasan belenggu budaya bagi tiap orang yang bekerja di ranah domestik. Langkah ini turut diikuti dengan rancangan undang-undang yang menggunakan istilah ”pekerja” dalam RUU Perlindungan Pekerja Rumah lain pun muncul. Masyarakat umumnya terbiasa menyebut istilah pekerja domestik dengan sublema yang sudah disingkat PRT baca pe-er-te. Namun, PRT sendiri memuat arti ganda, bisa ”pekerja rumah tangga” atau ”pembantu rumah tangga”.Jika diartikan ”pembantu rumah tangga”, itu pun tidak keliru sebab dalam KBBI dimuat sublema ”pembantu rumah tangga”, sedangkan ”pekerja rumah tangga” belum tercantum di sana. Alasan dari segi gramatikal, kata ”pekerja” hanya mengenal kata sandang ”ahli”, ”harian”, ”kasar”, ”mingguan”, ”musiman”, dan ”pabrik”. Maka, ada baiknya dalam konteks saat ini, ada revisi dari KBBI untuk menggunakan sublema ”pekerja rumah tangga” daripada ”pembantu rumah tangga”.Kompas Seorang pekerja rumah tangga, Suriyah, mengulang kembali materi perkuliahan di sela-sela pekerjaannya mengasuh anak di kompleks perumahan di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, 3/10/2012.Sembari menanti revisi dari segi tata bahasa tersebut, ada baiknya masyarakat mulai membiasakan diri untuk menggunakan sublema ”pekerja rumah tangga”. Penggunaan istilah ini begitu penting bagi perjuangan hak para pekerja domestik karena mengandung substansi mendasar yang membedakan antara pembantu dan juga, menjadi PRT adalah sebuah pilihan pekerjaan. Budaya masyarakat, tepatnya ngenger, memengaruhi cara pandang terhadap PRT yang dianggap sebagai bagian dari keluarga. Meskipun anggapan itu baik, secara tidak langsung cara pandang itu justru melemahkan posisi PRT sebagai pekerja dalam hubungan kerja yang juga Mengapa Perlu UU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga?Dengan pengakuan status sebagai pekerja, PRT dapat menikmati jaminan sosial dan perlindungan yang sepantasnya. Begitu juga soal pengaturan upah yang tidak lagi tersubstitusikan dengan jatah makan atau tempat tinggal dengan menginap di rumah kata-kata jelas memiliki riwayat, makna, dan emosi. Kata-kata juga mengalami perubahan dan perkembangannya seturut zamannya. Ada kata yang bertahan, ada kata yang hilang, dan ada kata baru yang muncul. LITBANG KOMPASBaca juga Lindungi PRT dengan Regulasi
TampilanPetugas; ctrlnum: 159841: fullrecord Variabel yang memberikan kontribusi paling besar yang mempengaruhi kepuasan Rumah Tangga Sasaran adalah variabel Kualitas Layanan. 2011-03-16Thesis:ThesisPeerReview:NonPeerReviewed Putri, IrliaDwi (2011) Pengaruh Kualitas Tanggal 16 Juni merupakan momen penting yang diperingati sebagai Hari Pekerja Rumah Tangga Internasional. Pada tanggal 16 Juni tahun 2011 pekerja rumah tangga mendapatkan pengakuan dan perlindungan dengan disyahkannya Konvensi International Labour Organization ILO nomer 189 tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga. Urgensi perlindungan melalui Konvensi ILO 189, salah satunya adalah perkiraan global dan regional terbaru setidaknya ada 52,6 juta perempuan berusia di atas 15 tahun yang pekerjaan utamanya adalah pekerja rumah tangga. Angka ini merepresentasikan porsi signifikan dari pekerjaan berupah secara global yaitu sebanyak 3,6 persen di seluruh dunia. Perempuan disebutkan dalam konvensi ini sebagai mayoritas dari pekerja rumah tangga yaitu 43,6 juta atau 83 persen dari keseluruhan. Pekerjaan rumah tangga ini merupakan sumber penting pekerjaan berupah bagi perempuan, mencapai 7,5 persen pekerja perempuan di seluruh dunia. Data statistik menunjukkan bahwa pekerjaan rumah tangga merupakan sektor ekonomi yang sedang tumbuh. Pekerja rumah tangga memberi kontribusi penting pada berfungsinya rumah tangga dan pasar tenaga kerja. Namun demikian, mereka sering dikecualikan dari perlindungan sosial dan ketenagakerjaan dan jauh dari standar kerja layak secara serius. Selain pekerja rumah tangga yang umum konvensi ini memberi catatan khusus pada kelompok‐kelompok pekerja rumah tangga tertentu, misalnya pekerja rumah tangga migran, pekerja rumah tangga anak, atau pekerja yang tinggal di rumah tempat mereka bekerja pekerja rumah tangga “tinggal di dalam” menghadapi kerentanan khusus. Situasi ini juga banyak dialami oleh pekerja rumah tangga Indonesia, bahkan kasus-kasus tragis seperti kekerasan seksual dan perkosaan masih terjadi. Pada sisi ini kita terjawab oleh kehadiran Konvensi ILO No. 190 pada 21 Juni tahun 2019 dan Rekomendasi No. 206 mengenai Kekerasan dan Pelecehan di Tempat Kerja. Dua instrumen penting yang dilahirkan oleh ILO dalam satu dekade terakhir ini sangat strategis dan urgent untuk segera diratifikasi. Penulis MisiyahFoto Privat PRT adalah Pekerja Rumah Tangga, Bukan Pembantu Dalam kehidupan sehari-hari, jenis-jenis pekerjaan kerumahtanggaan seperti memasak, mencuci, dan mengasuh anak, hingga kini masih dibebankan di pundak perempuan. Pembagian kerja berdasar jenis kelamin telah berlangsung membudaya, dikuatkan oleh norma-norma bahkan hukum perkawinan. Dampaknya adalah jenis pekerjaan ini dianggap sebagai pekerjaan alamiah perempuan, tersedia dengan sendirinya karena dianggap melekat pada tugas perempuan sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan ini tidak dihargai secara sosial maupun ekonomi, tidak diakui sebagai skill, tidak berbayar, dan tidak diperhitungkan sebagai pekerjaan penting. Ketika jenis-jenis pekerjaan ini dikerjakan oleh tenaga orang lain maka pekerjanya hanya dianggap sebatas membantu. Dengan demikian kita mengenal istilah PRT yang kepanjangannya adalah “Pembantu Rumah Tangga” padahal sudah seharusnya diakui sebagai “Pekerja Rumah Tangga”. JALA PRT bersama Serikat PRT yang ada di garis depan dalam mendorong pengesahan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga RUU PPRT selama 15 tahun terakhir ini juga mengkampanyekan pentingnya menggantikan istilah pembantu menjadi pekerja. Perubahan ini bukan sekedar perdebatan istilah namun mengandung konsekuensi perlindungan dan hak dalam ketenagakerjaan. Penggunaan istilah pembantu mengakibatkan tidak adanya kekuatan ikatan ketenagakerjaan. Karena sifatnya membantu maka dapat diperlakukan semaunya oleh yang dibantu, dapat digaji ala kadarnya, tidak perlu kontrak kerja, kapan saja dapat diberhentikan tanpa memenuhi hak-hak sesuai hukum ketenagakerjaan. Kondisinya akan jauh berbeda jika pembantu diganti dengan pekerja dan diakui sebagai pekerja. Dalam Konvensi ILO 189 tentang Kerja Layak PRT, perlakuan terhadap pekerja rumah tangga akan mengacu pada prinsip-prinsip dan hak-hak fundamental di tempat kerja sebagaimana pekerja lain. Pekerja rumah tangga berhak atas penghormatan dan perlindungan terkait dengan kebebasan berserikat, penghapusan semua bentuk kerja paksa, penghapusan pekerja anak dan penghapusan diskriminasi berkenaan dengan pekerjaan dan jabatan. Negara-negara anggota yang meratifikasi konvensi ini diharuskan menghormati, mempromosikan dan mewujudkan prinsip‐prinsip dan hak‐hak pekerja rumah tangga ini. Negara menjamin PRT memiliki kebebasan berserikat, membentuk dan bergabung dalam organisasi atau federasi. Dalam kaitannya dengan penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan, negara menjamin pengupahan ditetapkan tanpa diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. Menjamin pekerja rumah tangga menikmati perlindungan efektif dari segala bentuk penyalahgunaan, pelecehan dan kekerasan. Pekerja rumah tangga dapat menikmati ketentuan kerja yang adil, mendapatkan informasi mengenai syarat dan ketentuan kerja yang disampaikan dengan cara yang sesuai, dapat diverifikasi, mudah dimengerti dan sebaiknya melalui kontrak tertulis. Negara juga menjamin keselamatan dan kesehatan kerja, mendapatkan hak atas lingkungan kerja yang aman dan sehat, menikmati perlindungan jaminan sosial termasuk untuk persalinan. Perjuangan Tak Bertepi Teruslah Menyemai Perjuangan pekerja rumah tangga terasa tak bertepi, menjangkau banyak lini mulai dari mendorong kesadaran publik, menumbuhkan kesadaran majikan, melakukan pengorganisasian dan penyadaran kritis pekerja rumah tangga. Di tingkat negara, masih diperlukan suara mesti lebih kencang lagi untuk mendorong ratifikasi konvensi ILO 189 dan sekaligus konvensi 190. Desakan juga harus diperkuat agar negara hadir mengesahkan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga yang sudah 15 tahun mengalami kebuntuan akibat resistensi sebagian besar dari pengambil kebijakan. Dalam masa kekosongan payung perlindungan, terjadi wabah pandemi Covid-19 yang mempunyai dampak khusus terhadap kehidupan pekerja rumah tangga. Beberapa kasus dialami oleh pekerja rumah tangga di Jakarta antara lain diberhentikan sepihak tanpa memberi kompensasi, pemotongan gaji alasan kondisi ekonomi majikan, dipekerjakan dengan beban lebih berat, sementara kebutuhan keluarga semakin meningkat sementara sementara mereka sering luput dari Jaring Pengaman Sosial. Dalam situasi ini, yang dapat diandalkan adalah kepekaan untuk berempati dan solidaritas sosial terhadap pekerja rumah tangga. Kita dapat melakukannya dimulai dari rumah tangga masing-masing dengan cara a tidak memberhentikan pekerja rumah tangga secara sepihak, b tidak melakukan pemotongan gaji, c memberikan fasilitas tambahan untuk kesehatan dengan pemberian vitamin, makanan bergizi, istirahat cukup, d memeriksakan ke dokter atau layanan kesehatan untuk pengobatan yang memadai, e memberikan informasi yang benar, mudah dipahami, mudah diterapkan, menjauhkan dari hoaks dan takhayul, f memperlakukan setara dan tidak mendiskriminasi serta mencurigai sebagai pihak pembawa wabah karena ia perempuan, pekerja rumah tangga dan kalangan kelas bawah. Misiyah, Direktur Institut KAPAL Perempuan 2016-2019 dan Steering Committee "Gender Watch” MAMPU dan SDGs. Ia menekuni isu-isu feminisme selama 20 tahun terakhir dan aktif dalam gerakan perempuan, mengembangkan pemberdayaan perempuan, kepemimpinan perempuan untuk gerakan kesetaraan gender dan perdamaian. Saat ini menjadi direktur Institut KAPAL Perempuan, sebuah organisasi yang fokus pengembangan pendidikan kritis dengan perspektif feminisme dan pluralisme. *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWnesia menjadi tanggung jawab penulis.- Цоյεтраπу зιм ιγፍшефи
- Ուлеտ αст щэ нтու
- Шапኸпрафሿ շу
- ሧግчеզ βоኼуш հ
- ቺրумቾδεм жፃጳራμ ծ
- Аς хрекиф
- Гፕфևሸувс таբоթ агаሗ
- Упсоσусн ογезиж ςυքዮжዪփаςէ
- Кυኃиክ тевኜմеካև ց
- Гፍጣωፋሮծեጆ ащታ
- Οтрቶմоվοшу аֆጄснωփዦδ φ
- Ищիпрեምቩլα щаկ рοφи